Jumat, 20 November 2009

Menahan Lapar


Syeikh Abdul Qadir Al jailani

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani telah bepergian dari negerinya dan tempat kelahirannya, Jailan, menuju Baghdad tahun 488 H dan usianya pada saat itu adalah 18 tahun. Pada saat itu Baghdad menjadi pusat keilmuan terbesar di dunia Islam.

Di kota itu berkumpul ribuan ulama dalam berbagai bidang. Di Baghdad beliau belajar kepada beberapa orang ulama' seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra' dan juga Abu Sa'ad Al Muharrimi.

Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani menuntut ilmu selama 32 tahun dan di dalamnya ia belajar berbagai macam ilmu syariat, kemudian mengajar dan memberikan nasihat mulai tahun 520 H.

Ibnu Rajab menggambarkan kepada kita bagaimana kesulitan (penderitaan) yang dialami Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani itu dari perkataan beliau sendiri :

“Saya makan pohon-pohon berduri, bawang yang mati dan daun-daun kering di pinggir sungai dan parit. Saya mengalami kesulitan ekonomi yang sangat parah di Baghdad hingga berhari-hari saya tidak makan makanan, tetapi saya memakan tumbuh-tumbuhan yang baru bersemi. Pada suatu hari saya keluar karena sangat kelaparan, dengan berharap saya menemukan daun kering atau bawang dan sebagainya untuk bisa saya makan. Tidak ada tempat yang saya datangi, kecuali orang lain telah mendahuluiku. Jika aku menemukan orang, tentulah dia orang miskin yang saling berebut makanan sehingga saya meninggalkannya dalam keadaan malu.

Lalu saya pulang melewati tangah kota, tidak aku temukan satu tumbuhan pun, kecuali sudah didahului orang lain hingga saya sampai di Masjid Yasin Pasar Rayyahin Baghdad. Badan saya sudah lemas dan tidak kuat lagi berpegangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar